KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua umumnya dan pada kami khususnya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tetap tercurah kepada Rasul yang agung Rasulullah Muhammad Salallahualaihiwasallam, para keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang Allah pastikan di Surga
Makalah ini berisi tentang Penilaian Sikap dalam Kelas. Tugas ini dapat terlaksana karena adanya dukungan baik material maupun spiritual dari semua pihak yang telah membantu kelancaran tugas ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.
Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan atau kerancuan baik dalam bahasa ataupun tulisan. Kami juga menerima kritik dan saran dari pembaca yang nantinya berguna bagi kami. Terima kasih.
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Sikap ...............................................................................................
B. Penilaian Sikap dalam Proses Pembelajaran di Kelas..............................
C. Skala Sikap...................................................................................................
D. Tindak Lanjut..............................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia mempunyai sifat bawaan, misalnya: kecerdasan, temperamen, dan sebagaimya. Faktor-faktor ini memberi pengaruh terhadap pembentukan sikap (Olson & Zanna, 1993). Selain itu, manusia juga mempunyai sikap warisan, yang terbentuk dengan kuat dalam keluarga. Misalnya sentimen golongan, keagamaan, dan sebagainya. Namun secara umum, para pakar psikologi sosial berpendapat bahwa sikap manusia terbentuk melalui proses pembelajaran dan pengalaman.
Pada umumnya penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat dilakukan berkaitan dengan objek sikap sebagai berikut :
1. Sikap terhadap mata pelajaran Sikap terhadap guru mata pelajaran Sikap terhadap proses pembelajaran Sikap terhadap materi pembelajaran
2. Sikap berhubungan dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui materi tertentu
3. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektifitas lintas kurikulum.
Yang mempengaruhi pembentukan sikap dalam proses pembelajaran, menurut Klausmeir (1985) ada tiga model belajar pembentukan sikap yaitu : mengamati dan meniru, menerima penguatan, menerima informasi verbal. Pelaksanaan penilaian sikap ditunjukan untuk mengetahui kecendrungan perilaku spiritual dan sosial peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, baik didalam maupun di luar kelas sebagai hasil pendidikan. Disampin itu sikap dimaksudkan juga untuk mengetahui
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep sikap?
2. Bagaimana penilaian sikap dalam proses pembelajaran di kelas?
3. Bagaimana skala sikap?
4. Bagaimana tindak lanjut dalam penilaian sikap?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep sikap?
2. Untuk mengetahui penilaian sikap dalam proses pembelajaran di kelas?
3. Untuk mengetahui skala sikap?
4. Untuk mengetahui tindak lanjut dalam penilaian sikap?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Sikap
a. Pengertian Sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang - orangan maupun berupa objek - objek tertentu. Sikap mengacu pada perbuatan dan perilaku seseorang tetapi bukan berarti semua perbuatan identic dengan sikap. Adapun sikap menurut para ahli antara lain:
a. Birrent, et al (1981) mendefinisikan sikap sebagai kumpulan hasil evaluasi seseorang terhadap objek, orang, atau masalah tertentu. Sikap menentukan bagaimana pribadi seseorang di ekspresikan. Menurutnya sifat kepribadiandapat didefinisikan sebagai pola kebiasaan atau cara bereaksi terhadap. Sesuatu,oleh karena itu melalui sikap seseorang, kita dapat mengenal siapa orang itu sebenarnya.
b. Menurut klausmeier (1985) ada tiga model belajar dalam rangka pembentukan sikap, tiga model itu adalah: mengamati dan meniru, menerima penguatan dan menerima informasi verbal. Ketiga model ini sesuai dengan kepentingan penerapan dalam dunia pendidikan. Pembelajaran model pertama berlangsung melalui pengamatan dan peniruan. Bandura (1977) menyebut proses pembelajaran ini dengan pembelajaran melalui model (learning through modeling). Model kedua menerima penguatan pembelajaran model ini berlangsung melalui pembiasan operan, yaitu dengan menerima atau tida menerima suatu respons yang di tunjukan. Penguatan dapat berupa ganjaran (penguatan positif) atau hukuman (penguatan negative). Model ketiga, menerima informasi verbal, informasi tentang berbagai hal dapat d peroleh melalui lisan atau tulisan. Informasi tentang objek tertentu yang di peroleh oleh seseorang akan mempengaruhi pembentukan sikapnya terhadap terhadap objek yang bersangkutan.
c. Menurut muhajirin (1992:75), mengatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan afeksi suka tidak suka pada suatu objek sosial.
Dari beberapa pendapat ahli, diterapkan lima ciri yang menjadi karateristik sikap seseorang oleh Rahmat (1998) yaitu:
1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir. dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi. atau nilai. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan kecenderungan berperilaku dengan cara tertentu terhadap obyek sikap. Obyek sikap dapat berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok.
2. Sikap mempunyai daya pendorong. Sikap bukan hanya rekaman masa lalu tetapi juga pilihan seseorang untuk menentukan apa yang disukai dan menghindari apa yang tidak diinginkan.
3. Sikap relatif lebih menetap. Ketika satu sikap telah terbentuk pada diri seseorang maka hal itu akan menetap dalam waktu relative lama karena hal itu didasari pilihan yang menguntungkan dirinya
4. Sikap mengandung aspek evaluatif. Sikap akan bertahan selama obyek sikap masih menyenangkan seseorang, tetapi kapan obyek sikap dinilainya negatif maka sikap akan berubah.
5. Sikap timbul melalui pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, sehingga sikap dapat diperteguh atau diubah melalui proses belajar.
Sedangkan menurut para ahli sikap seseorang dapat meramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada berbagai tingkah laku peserta didik seperti perhatiannya yang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, kedisiplinan dalam belajar, memiliki motivasi yang tinggi untuk mengetahui lebih jauh tentang apa yang sedang dipelajarinya, penghargaan dan rasa hormat terhadap guru mata pelajaran yang bersangkutan.
b. Pengertian Penilaian Sikap Dalam Lingkungan Pendidikan
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita sering melakukan penilaian. Namun, banyak orang belum memahami secara tepat arti penilaian. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Jadi, penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Popham (1995) mengatakan bahwa penilaian sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Seorang peserta didik yang tidak memiliki minat/karakter terhadap mata pelajaran tertentu, maka akan kesulitan untuk mencapai ketuntasan belajar secara maksimal. Sedangkan peserta didik yang memiliki minat/karakter terhadap mata pelajaran, maka akan sangat membantu untuk mencapai ketuntasan pembelajaran secara maksimal. David Krathwhohl dkk (1974) dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of educational objective:Affective Domain. Penilaian sikap adalah penilaian yang berkaitan
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara-cara tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan penggunaan skala sikap. Uraian dari masing-masing cara dikemukakan sebagai berikut:
1. Observasi Perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecendurungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya, orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecendurungan yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap siswa yang dibinanya. Hasil observasi dapat dilakukan sebagai umpan balik dalam pembinaan.
2. Pertanyaan Langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan siswa tentang kebijakan yang baru di sekolah tentang “peningkatan Ketertiban”
3. Laporan pribadi
Penggunaan teknik ini disekolah, misalnya siswa diminta membuat usulan yang berisi pandangan atau tanggapan tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap.
4. Skala sikap
Ada beberapa model skala yang dikembangkan oleh pakar untuk mengukur sikap. Dalam buku ini akan diuraikan dua model saja, yaitu skala diferensiasi semantik (scematic differential techniques) dan skala Likert (Likert scales). Skala diferensiasi semantik memiliki dua kelebihan dibandingkan dengan berbagai teknik yang lain. Pertama, teknik ini dapat digunakan dalam berbagai bidang. Kedua, teknik ini sederhana dan mudah diimplementasikan dalam pengukuran dan penilaian sikap siswa di kelas.
B. Penilaian Sikap Dalam Proses Belajar di Kelas
a. Komponen-komponen Sikap
Sikap pada dasarnya terdiri atas tiga komponen yaitu:
1. Komponen afektif yaitu perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap suatu objek.
2. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek.
3. Komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
b. Tujuan Penilaian Sikap
Untuk mendapat umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan bagi anak didiknya. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai antara lain diperlukan sebagai bahan bagi perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orang tua dan penentuan lulus tidaknya anak didik. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.
1. Pentingnya penilaian sikap
Secara umum, semua mata pelajaran memiliki tiga domain tujuan. Tiga domain tujuan itu adalah: peningkataan kemampuan kognitif; peningkatan kemampuan afektif; dan peningkatan keterampilan berhubungan dengan berbagai pokok bahasan yang ada dalam suatu mata pelajaran. Namun demikian, selama ini penekanan yang sangat menonjol, baik dalam proses pembelajaran maupun dalam pelaksanaan penilaiannya adalah dalam domain kognitif. Domain afektif dan psikomor agak terabaikan. Dampak yang terjadi, seperti yang menjadi sorotan masyarakat akhir-akhir ini, lembaga-lembaga pendidikan menghasilkan lulusan yang kurang memiliki sikap positif yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dan kurang terampil untuk menjalani kehidupan dalam masyarakat lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ini perlu diperbaiki. Domain kognitif, afektif dan konatif atau psikomotor perlu mendapat penekanan yang seimbang dalam proses pembelajaran dan penilaian. Dengan demikian, penilaian sikap perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dan hasil penilaiannya perlu ditindak lanjuti.
2. Sikap dan objek yang perlu dinilai
Penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat, secara umum dilakukan dalam berkaitan dengan berbagai objek sikap sebagai berikut:
a. Sikap terhadap mata pelajaran, siswa perlu memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri siswa akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan. Oleh karena itu, guru perlu menilai tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
b. Sikap terhadap guru mata pelajaran. Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap guru, yang mengajar suatu mata pelajaran. Siswa yang memiliki sikap yang tidak positif terhadap guru, akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, siswa yang memiliki sikap negative terhadap guru pelajaran akan sukar menyerap materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru tersebut.
c. Sikap terhadap proses pembelajaran. Siswa juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran disini mencakup: suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Tidak sedikit siswa yang merasa kecewa atau tidak puas dengan proses pembelajaran yang berlangsung, namun mereka tidak mempunyai keberanian untuk menyatakan. Akibat mereka terpaksa mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung dengan perasaan yang kurang nyaman. Hal ini dapat mempengaruhi terhadap penyerapan materi pelajaran.
d. Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada. Siswa juga perlu memiliki sikap positif terhadap materi pembelajaran yang diajarkan, sebagai kunci keberhasilan proses pembelajaran.
e. Sikap berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui suatu pokok bahasan. Misalnya, pengajaran pokok bahasan KOPERASI dalam mata peajaran ilmu pengetahuan sosial. Berhubungan dengan pokok bahasan ini, ada nilai-nilai luhur tertentu yang relevan diajarkan dan diinternalisasikan dalam diri siswa. Misalnya: kerjasama, kekeluargaan, hemat dan sebagainya. Dengan demikian, untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran dan internalisasi nilai-nilai tersebut dalam diri siswa perlu dilakukan penilaian.
f. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum, seperti yang diuraikan diatas. Kompetensi-kompetensi tersebut relevan juga untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran
g. berdasarkan kurikulum yang masih berlaku.
C. Skala Sikap
a. Pengolahan Data Skala penilaian atau Skala Sikap
Pada pengolahan data skala penilaian atau skala sikap pengolahannya hampir sama dengan pengolahan data hasil observasi yang menggunakan skor atau nilai dalam pengamatannya. Dengan demikian, untuk setiap siswa yang diukur melalui skala penilaian atau skala sikap bisa ditentukan perolehan skor dari seluruh butir pertanyaan, skor rata-rata dari setiap pertanyaan dengan membagi jumlah skor oleh banyaknya pertanyaan, dan penginterpretasian terhadap pertanyaan mana yang positif atau baik dan pertanyaan atau aspek mana yang negatif atau kurang baik. Data hasil penilaian dan skala sikap sebenarnya menyerupai data hasil tes. Dengan demikian dapat diolah seperti mengolah data hasil tes. Berikut ini hal-hal yang berkaitan dengan pengolahan data skala penilaian atau skala sikap.
1. Konversi Nilai
Standar yang sering digunakan dalam menilai hasil belajar dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori, yakni:
· Standar seratus (0-100)
· Standar sepuluh (0-10)
· Standar empat (1-4) atau dengan huruf (A-B-C-D)
2. Prosedur Penyusunan Item Untuk Skala Sikap
Langkah-langkah penyusunan item untuk skala sikap adalah sebagai berikut:
· Menentukan objek
· Merumuskan perilaku yang mengacu sikap terhadap objek
· Merumuskan karakteristik dari perilaku sikap tersebut
· Merinci lebih lanjut setiap karakteristik menjadi sejumlah atribut yang lebih speifik
· Menentukan indikator penilaian terhadap setiap atribut tersebut
· Menyusun perangkat item sesuai dengan indikator yang telah dirumuskan
· Suatu skala terdiri dari antara 20 sampai dengan 30 item
· Menyusun item tersebut, yang terdiri dari separuhnya dalam bentuk pernyataan positif dan separuhnya dalam bentuk pertanyaan negatif
· Menentukan banyak skala: lima atau tujuh atau sebelas alternatif
· Menentukan bobot nilai bagi tiap skalanya. Misalnya 4,3,2,1,0 untuk lima nilai skala, sebagai dasar perhitungan kuantitatif.
- Macam-macam Skala Sikap
a. Skala likert
Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif. Penentuan lokasi itu dilakukan dengan menguantifikasi pernyataan seseorang terhadap butir pernyataan yang disediakan.
Untuk likert digunakan skala dengan lima angka, skala 1 (satu) berarti sangat negative dan skala 5 (lima) berarti sangat positif. Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respons yang menunjukan tingkataan. Contoh pilihan respons:
SS = sangat setuju
S = setuju
TB/R = tidak punya pendapat atau ragu-ragu
TS = tidak setuju
STS = sangat tidak setuju
b. Skala thurstone
Merupakan skala mirip descriptive graphic rating scale karena merupakan suatu onstrumen yang responsnya dengan memberi tanda tertentu pada suatu kontinum baris. Perbedaannya terletak pada jumlah skala, pada descriptive graphic rating, skala terdiri dari 5 tingkatan, sedangkan pada skala thurstone jumlah skala yang digunakan berkisar antara 7-11.
c. Skala guttman
Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek secara berurutan. Responden di minta untuk menyatakan pendapatnya tentang pernyataan itu (setuju atau tidak setuju). Bila ia setuju dengan pernyataan pada nomer urut tertentu, maka di asumsikan juga setuju dengan pernyataan sebelumnya dan tidak setuju dengan pernyataan sesudahnya. Dalam skala guttman ada pengertian bahwa pernyataan/pertanyaan yang lebih atas membawahi pertanyaan/pernyataan dibawahnya.
Contoh skal guttman
1. Apakah anda menyukai pelajaran matematika?
a. Ya
b. Tidak
2. Bagaimana pendapat anda, bila pembelajaran kimia mneggunakan laboratorium virtual?
a. Setuju
b. Tidak setuju
d. Semantic differential
Instrument yang disusun oleh osgood dan kawan-kawan ini mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi. Dimensi-dimensi yang ada di ukur dalam kategori : menyenangkan- membosankan, sulit-mudah, baik-tidak baik, kuat-lemah, berguna-tidak berguna, dan sebagainya.
c. Cara-cara Menilai Perilaku
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan penggunaan skala sikap. Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan siswa selama di sekolah (Critical Incidents Record). Pertanyaan langsung dilakukan dengan menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Berdasarkan jawaban dan reaksi yang tampil dari seseorang dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap orang itu ter- hadap sikap tertentu.
Penggunaan skala sikap mengambil dari teknik-teknik yang telah dikembangkan, namun yang paling praktis dan murah diimplementasikan adalah Skala Diferensiasi Semantik (Semantic Differential Technique). Teknik ini dapat digunakan pada berbagai bidang, dan teknik ini sederhan dan mudah diimplementasikan dalam pengukuran dan skala sikap di kelas. Langkah-langkah pengembangan skala dengan teknik ini sebagai berikut:
1) Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya, misalnya "Mata Pelajaran Agama Islam"
2) Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang rolovan dengan objek penilaian sikap. Misalnya : menarik, penting, menyenangkan, mudah dipelajari, dan sebagainya.
3) Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala.
4) Menentukan rentang skala pasangan dan penskorannya.
a. Contoh Penilaian Sikap
D. Tindak Lanjut
Hasil penilaian sikap perlu dimanfaatkan dan ditindak lanjuti. Hasil pengukuran dan penilaian sikap siswa dalam kelas, tujuan utamanya bukanlah untuk dilaporkan dalam bentuk angka, seperti nilai penguasaan pengetahuan (domain kognitif) atau keterampilan (domain psikomotor). Manfaat utama pengukuran dan penilaian sikap adalah untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi peningkatan profesionalisme guru, perbaikan proses pembelajaran dan pembinaan sikap siswa. Secara terperinci, hasil pengukuran dan peniIaian sikap dalam kelas dapat dimanfaatkan untuk hal-hal sebagaiberikut:
1) Pembinaan sikap siswa, baik secara pribadi maupun klasikal, perlu memperhatikan teori pembentukan dan perubahan sikap. Sebagian dari teori itu telah dijelaskan penilaian bagian awal dari naskah pedoman ini.
2) Perbaikan proses pembelajaran, misalnya secara umum siswa menunjukkan sikap negatif terhadap pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu, ada kemungkinan siswa belum dapat menyerap dengan benar materi pelajaran dan bulum dapat memahami dengan benar konsep-konsepnya. oleh karena itu, siswa belum dapat mempersepsikan dengan benar tentang objek sikap pokok bahasan atau mata pelajaran sebagai yang dinyatakan, sehingga memberi rspon negatif dalam memberi jawaban. Dalam hal ini, guru perlu mengkaji lebih mendalam dan mungkin purlu memberikan perhatian khusus dan penekanan-penekanan tertentu dalamproses pembelajaran.
3) Peningkatan profesionalitas guru. Hasil pengukuran dan penilaian sikap dapat dimanfaatkan pula dalam rangka pembinaan profesionalisme guru. Berdasarkan hasil pengukuran dan penilaian sikap, guru dapat memperoleh informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya berdasarkan persepsi siswa. Informasi tersebut sangat bermanfaat dalam rangka melakukan upaya-upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pribadi dan kemampuan profesional guru.
Comments
Post a Comment